BERITA

Caleg Bicara Toleransi | Edo Kondologit: Indonesia Harus Belajar dari Papua

Edo Kondologit selama ini terkenal sebagai penyanyi, namun kini dia memutuskan terjun ke politik dan bergabung di PDI Perjuangan. Pria bernama lengkap Ehud Eduard Kondologit kali ini bersaing menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan Papua.

AUTHOR / Antonius Eko

Caleg Bicara Toleransi | Edo Kondologit: Indonesia Harus Belajar dari Papua
caleg, toleransi, edo kondologit, PDIP

KBR68H, Jakarta - Edo Kondologit selama ini terkenal sebagai penyanyi, namun kini dia memutuskan terjun ke politik dan bergabung di PDI Perjuangan. Pria bernama lengkap Ehud Eduard Kondologit kali ini bersaing menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan Papua. 


Kepada KBR68H, Edo secara khusus bicara soal toleransi yang semakin hari terasa makin hilang di masyarakat Indonesia. Dia menilai masyarakat Papua justru lebih toleran dibanding warga lain. 


Menurut Anda, makna atau arti toleransi itu apa? 


“Toleransi itu sesuatu yang wajib, harus diperjuangkan dan dilaksanakan dengan sepenuh hati di negara yang namanya Indonesia. Karena negara ini terdiri dari beragam suku, bahasa, agama. Begitu beragam, maka toleransi wajib hukumnya untuk diperjuangkan dan dilaksanakan.”


Melihat Anda berasal dari Papua, sebetulnya apakah ada masalah intoleransi di Papau? 


“Kalau mau bicara jujur, Indonesia harus belajar toleransi dari Papua. Kalau Anda ke Papua, masjid itu berdiri di mana-mana. Mau dirikan masjid tak pernah ada larangan. Bebas, karena kita saling menghargai.” 


“Ambil contoh di Fak-Fak selatan, di sana ada hukum tidak tertulis misalnya, kita mau bangun masjid, lahan disiapkan oleh saudara-saudara kita yang Muslim, sementara umat Kristen yang membangun. Begitu juga sebaliknya, ketika membangun gereja, yang mengerjakan adalah saudara-saudara kita yang Islam. Jadi di sana aja masjid yang kubahnya malah kubah mirip gereja karena dibangun oleh orang Kristen.”


“Itulah, yang menurut saya, makna toleransi yang hakiki. Contoh lain, kalau misalnya ada yang berkunjung, orang Kristen dikunjungi oleh saudaranya yang Muslim, setelah makan piring yang habis digunakan oleh orang Muslim dicuci dan disimpan. Piring itu hanya dipakai jika mereka kembali berkunjung. Itu bentuk penghargaan yang sangat luar biasa. Ini sudah sangat sulit ditemukan di Indonesia.”


Tanggapan Anda tentang kasus intoleransi yang marak terjadi di Indonesia? 


“Kalau kita melihat masalah intoleransi di Indonesia, itu sebenarnya tidak boleh terjadi. Negara ini didirikan dan disepakati oleh bapak pendiri bangsa bahwa ada kesadaran bahwa negara ini bukan untuk satu golongan agama, suku tertentu. Tetapi untuk semua orang yang ada di bumi Indonesia.” 


“Bung Karno pernah bilang, dalam satu pidato, ‘Kita hendak mendirikan negara bukan untuk golongan agama ini itu, bukan untuk suku Tionghoa, Arab, tidak. Tapi kita ingin memberikan negara untuk semua’. Itu yang saya pegang.”


Kalau nanti Anda duduk di parlemen dan masih ada kasus intoleransi, Ahmadiyah, dan lain sebagainya. Apa yang akan Anda perjuangkan? 


“Harus ada undang-undang yang menjamin kebebasan setiap individu untuk bebas beribadah di manapun dia berada di negeri yang namanya Indonesia. Karena bagi saya prinsipnya Indonesia itu semua untuk semua. Kalau saya orang Papua hidup di Aceh, saya mau beribadah harusnya tidak ada masalah. Saya akan berdiri paling depan membela mereka yang mendapat masalah intoleransi. Itulah Indonesia yang kita harus perjuangkan bersama-sama.” 


Tulisan ini adalah bagian dari serial #calegbicaratoleransi yang dihadirkan PortalKBR untuk membantu masyarakat mengenal calon anggota legistlatif yang maju dalam Pemilu 2014 April mendatang. Isu toleransi kami pilih mengingat Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan perbedaan dan sudah sepatutnya para caleg sadar akan kekayaan ini. Caleg DPR RI dipilih secara acak – baik nama, partai maupun daerah pemilihannya. Ikuti juga Kenali Caleg yang membantu Anda memilih satu dari 6607 caleg yang maju di Pemilu 2014.



Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!